Suku-suku terasing seringkali menghadapi ancaman serius dari berbagai faktor eksternal yang datang dengan cepat dan tanpa peringatan. Salah satu bahaya terbesar adalah perubahan lingkungan yang drastis dan kerusakan alam. Penebangan hutan yang tidak terkendali menjadi salah satu ancaman utama yang merusak ekosistem tempat mereka tinggal. Sebagai contoh, suku Korowai yang tinggal di hutan hujan tropis harus berjuang keras untuk mempertahankan tanah mereka dari eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar. Penebangan pohon untuk perkebunan dan pembangunan infrastruktur mengancam habitat alami mereka, mengurangi sumber daya yang mereka andalkan untuk hidup.
Selain itu, pengaruh modernisasi membawa berbagai risiko yang semakin memengaruhi kehidupan suku-suku terasing. Salah satu dampak yang paling mengkhawatirkan adalah kurangnya akses mereka terhadap perawatan medis modern. Tanpa fasilitas kesehatan yang memadai, suku-suku ini sangat rentan terhadap wabah penyakit yang dapat membunuh banyak orang dalam waktu singkat. Penyakit yang dibawa oleh dunia luar, seperti flu atau penyakit infeksi lainnya, bisa menyebar dengan cepat karena mereka tidak memiliki kekebalan terhadap penyakit-penyakit tersebut.
Lebih jauh lagi, pencemaran dan perusakan alam akibat aktivitas manusia semakin mengancam keseimbangan ekosistem yang mereka andalkan. Limbah industri, polusi udara, dan kerusakan lahan merusak keberlanjutan sumber daya alam yang menjadi sandaran hidup mereka. Suku-suku terasing kini terpaksa menghadapi kenyataan bahwa lingkungan yang telah mereka jaga selama ribuan tahun kini terancam oleh aktivitas manusia yang tak terkendali.